Rabu, 30 November 2011

penetapan tujuan

Dasar dari semua kepemimpinan adalah kepemilikan visi. Dan untuk melangkah dalam visi tersebut, sebuah komitmen amat dibutuhkan. Komitmen ini disebut misi. Namun ketika dalam pencapaiannya muncul masalah, dibuatlah serangkaian tindakan yang spesifik untuk menyelesaikan misi itu. Tindakan inilah yang disebut tujuan. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang tidak memiliki tujuan sama seperti sebuah kapal yang tak bernakhoda.
Agar efektif, seorang pemimpin harus menegaskan fokus misinya secara berkala melalui penetapan tujuan yang efektif. Semakin jelas tujuan yang dimiliki, semakin tajam fokusnya, demikian sebaliknya.
Penetapan tujuan yang efektif menjadikan visi semakin terfokus karena menjelaskan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai visi tersebut.
Visi memang penting, namun visi itu tidak akan terwujud bila tujuan suatu program tidak terencana dan dilaksanakan dengan benar. Sebuah visi akan tetap sama dalam jangka waktu yang lama, sedangkan sebuah misi akan menyesuaikan dengan visi. Namun, suatu tujuan harus ditinjau secara berkala agar seorang pemimpin dapat menyesuaikannya dengan situasi yang terus berubah.
Ketika menetapkan tujuan, kita menuliskan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyempurnakan visi kita. Agar tujuan yang ditetapkan efektif, seorang pemimpin perlu memahami karakteristik tujuan yang baik. Karakteristik ini tertuang dalam prinsip SMART (dijelaskan lebih rinci pada kolom Tips pada edisi kali ini--red).
Prinsip Tujuan
Selain SMART, ada juga beberapa prinsip yang berguna untuk menjadikan tujuan efektif.
  1. Tentukan tujuan Anda sendiri, dan jangan mengharapkan bantuan dari siapa pun atau apa pun.
    Ada banyak rumah sakit, gereja, organisasi Kristen, dan universitas yang bertujuan untuk mendapatkan dana dari orang- orang kaya. Bila sang dermawan meninggal, mereka akan goncang dan hancur. Tujuan kita seharusnya berdasar pada hal-hal yang kita kendalikan. Namun, ini menjadi masalah khusus bagi organisasi Kristen dan organisasi nirlaba yang bergantung pada bantuan donatur. Dalam hal ini, kehebatan sang pemimpin akan terbukti lewat termotivasinya orang-orang untuk melayani.
  2. Izinkan pemikiran Anda berkembang.
    Jangan membatasi Tuhan atau hal-hal luar biasa yang Ia sediakan untuk kita dengan membiarkan pengalaman kita terdahulu atau penelitian tentang kinerja orang lain melumpuhkan visi kita. Seorang pengabar Injil, D.L. Moody, sekali waktu bertanya pada sekelompok jemaatnya, "Siapa yang percaya bahwa Tuhan mampu membuat gedung ini penuh dengan jiwa-jiwa?" Semua mengangkat tangan. Ia melanjutkan pertanyaannya, "Siapa yang percaya Tuhan akan memenuhi kursi di aula ini dengan jiwa-jiwa?" Kurang dari tiga puluh orang yang mengangkat tangan. Ia kemudian menyimpulkan, "Tidak membutuhkan iman yang besar untuk mengatakan bahwa Tuhan sanggup. Namun, dibutuhkan iman yang sangat besar untuk mengatakan Tuhan akan melakukannya." Izinkan pemikiran Anda berkembang supaya dari tujuan yang Anda miliki, dapat tercermin kerinduan untuk melakukan yang terbaik untuk Tuhan.
  3. Tuliskan tujuan Anda secara terperinci.
    Lord Bacon bahkan berkata, "Menulis membuat seorang menjadi sempurna." Dengan menulis, apa yang ada dalam pikiran kita akan terpatri dan gagasan yang kita miliki menjadi spesifik.
  4. Nyatakan tujuan Anda dengan positif.
    Jika kita mengatakan bahwa tujuan kita adalah "agar saya tidak suka menunda-nunda lagi", itu tidaklah efektif. Tujuan perlu motivasi agar melakukan apa yang kita mau, ingin menjadi seperti apa kita. Bagaimana kita akan memvisualisasikan "tidak akan menunda-nunda lagi" itu?
  5. Pastikan bahwa tujuan Anda meliputi perubahan karakter.
    Kita tidak bisa mengharapkan berat badan kita akan turun, bila kebiasaan yang kita miliki adalah menyantap banyak lemak dan gula sepanjang hari. Kita harus menetapkan tujuan untuk berubah dan mengembangkan karakter apa pun yang kurang dalam diri kita. Perubahan dalam diri merupakan faktor penting dalam penetapan tujuan.
  6. Jadikan tujuan Anda sebagai tujuan pribadi.
    Dalam menetapkan tujuan pribadi, diperlukan karakter yang kuat, terutama bila tujuannya berbeda dengan norma masyarakat. Adalah hal yang mustahil bila kita harus memimpin dengan tujuan yang dibebankan oleh orang lain pada kita. Dalam suatu organisasi, tiap orang menetapkan tujuannya sendiri. Seorang manajer bisa memandu bawahannya yang akan menetapkan tujuannya sendiri dalam organisasi tersebut karena bagaimanapun tujuan pribadi hendaknya tidak bertentangan dengan tujuan organisasi. Tujuan pribadi penting karena dengan begitu anggota akan punya kecenderungan memenuhi tujuan pribadinya itu dan tidak menyalahkan orang lain bila tujuannya tidak tercapai.
Permasalahan dalam Menetapkan Tujuan
Saat menetapkan tujuan, kita juga harus menetapkan prioritas. Sering kali dua tujuan yang ingin dicapai justru menyebabkan konflik. Misalnya, membeli rumah baru atau membiayai kuliah anak. Prioritaskan nilai kita untuk menentukan manakah yang lebih penting.
Terkadang, waktu dapat menyelesaikan konflik. Pada tahun 1912, ayah saya melarikan diri dari penyiksaan di Timur Tengah dan tiba di Amerika Serikat ketika berusia 15 tahun. Saat berusia 20 tahun, dia ingin keluar dari sekolah dan mempersiapkan pelayanannya. Ibunya lalu berkata, "Kamu adalah satu-satunya orang Kristen di keluarga ini. Kakak laki-lakimu hidup terhilang dari Tuhan. Bagaimana bisa kamu pergi belajar tentang bagaimana membawa orang pada Kristus sedangkan kakakmu sendiri kamu abaikan?"
Mengingat keluarga ini berasal dari tradisi yang kuno, sedang sang ayah sudah meninggal, jadi pendapat seorang ibu adalah keputusan yang harus dituruti. Maka tidak ada jalan lain bagi ayah saya selain mengikuti nasihat ibunya. Ia pun memutuskan untuk menunda sekolahnya selama tiga tahun. Dan pada selang waktu itu, kakak laki-laki dan iparnya laki-laki datang kepada Tuhan.
Konflik dalam tujuan juga dapat terjadi karena adanya tujuan yang berbeda-beda dari orang yang terlibat dalam pencapaian visi. Misalnya, visi kita adalah mendirikan sebuah universitas Kristen untuk mendidik orang-orang muda. Anggota staf lainnya mungkin memiliki visi yang sama, tapi tujuan pribadi yang berkaitan dengan perngembangan profesi atau pembagian saham akan menganggu tercapainya tujuan mendirikan universitas tersebut. Dalam hal ini, tugas sang pemimpinlah untuk menyelesaikannya.
Manfaat Penetapan Tujuan
Tanpa penetapan tujuan, pencapaian visi hanyalah sebuah impian. Selain terpenuhinya visi, yang merupakan manfaat utama, ada juga beberapa hal yang akan didapat bila kita menetapkan tujuan dengan baik.
  1. Tujuan mempermudah proses pengambilan keputusan.
    Bila keputusan yang dibuat mendukung tujuan yang dimiliki sang pemimpin, dia tidak akan punya waktu untuk melakukan kegiatan lain karena harus menentukan keputusan mana yang harus dijalankan sesuai dengan nilai dan prioritasnya. Dengan menetapkan tujuan, pemimpin bisa menghemat waktu karena hanya berorientasi pada tujuan yang dirancang dengan baik.
  2. Tujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
    Sering kali stres disebabkan oleh kebingungan dan ketakutan. Namun dengan memiliki tujuan, seorang pemimpin akan terhindar dari dua hal tersebut. Dalam buku "Getting Well Again", Dr. O. Carl Simonton dan istrinya, Dr. Stephanie Matthews Simonton, bersama James Creighton bahkan menyaksikan bahwa cara yang paling efektif untuk menyembuhkan pasien mereka adalah dengan meminta si pasien untuk menetapkan tujuan hidup mereka. Dengan begitu, pasien mendapatkan kembali tujuan dan semangat mereka untuk hidup.
  3. Tujuan menimbulkan respek.
    Sudah umum diketahui, orang cenderung mengikuti pemimpin yang memiliki tujuan pasti. Dengan adanya tujuan jelas, orang lain akan tergerak untuk mendukung sang pemimpin.
  4. Tujuan bisa digunakan sebagai tolok ukur.
    Tujuan sangat diperlukan untuk kepuasan psikologis orang, yang muncul saat ada perasaan bahwa dirinya mampu dan berguna, yang muncul jika sesuatu telah terpenuhi. Pencapaian tujuan bisa menjadi salah satu faktor pendorongnya.
  5. Tujuan menghasilkan kegigihan.
    Bob Pierce, pendiri World Vision, bercerita bahwa di kala ia masih muda, seorang pastor berkata kepadanya, "Dalam banyak kasus, banyak organisasi yang dipimpin oleh seorang yang lebih memenuhi kualifikasi karena pendidikannya, kepopulerannya, talentanya, dan relasinya yang kuat, namun justru tenggelam. Sedangkan organisasi yang dipimpin oleh mereka yang terlihat memiliki sedikit kesempatan justru terus bertahan bahkan mendapatkan pencapaian yang luar biasa." Ini terjadi karena mereka menerapkan kekuasaan yang berkesinambungan. Saat berada di ujung tanduk dan hampir jatuh ke jurang yang dalam, orang yang menang adalah mereka yang tetap bertahan. Dengan cara bagaimanapun, Tuhan akan menolong karena Dia menghargai mereka yang tetap bertahan dan melepaskan mereka dari kesulitan." Tujuan orang-orang tersebut mendorong mereka untuk tetap bertahan.
  6. Di bawah pimpinan Tuhan, sebuah tujuan akan menghindarkan seorang pemimpin dari jerat pujian orang lain.
    Tidak ada risiko lebih besar yang mengancam keefektifan suatu kepemimpinan selain pujian dari banyak orang. Sebelum meninggal, Pendeta Dr. J.C. Massee berkata, "Penyakit yang paling berbahaya bagi pengabaran Injil di Amerika adalah hasrat untuk dihormati dan dipuja." Seperti yang dikatakan di Yohanes 5:44, "Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?" Pada awal tahun 1960-an, sebelum pensiun editor Boston Herald berkata, "Massee adalah pendeta yang paling diperhitungkan di Boston selama 40 tahun saya bekerja di surat kabar, tapi nampaknya pujian tidak berpengaruh padanya." Massee berkhotbah sebanyak 2.600 kali selama pelayanannya di Boston. Sebuah panggilan yang lebih tinggi daripada kemasyhuran, yang dijalankan dengan tujuan yang jelas, membuatnya tetap rendah hati meski dipuji orang banyak.
Kekhawatiran dalam Menetapkan Tujuan
Mengapa banyak orang yang tidak menetapkan tujuan mereka, padahal itu sangat penting? Kemungkinan alasan utamanya adalah penetapan tujuan yang efektif sulit untuk dilakukan. Diperlukan tekad dan komitmen yang kuat untuk melakukannya. Ada empat alasan mengapa orang enggan untuk menetapkan tujuan.
  1. Khawatir tujuan yang ditetapkan tidak sempurna.
    Beberapa orang tidak menetapkan tujuan karena mereka takut tujuan yang dibuat tidak sempurna. Memang tujuan yang kita buat tidak sempurna, dan tidak akan menjadi sempurna. Namun, kita memiliki kewajiban dan bertanggung jawab kepada Tuhan untuk mengerti apa yang harus kita lakukan.
  2. Khawatir akan dikalahkan.
    Rasa takut akan kekalahan sangat berkaitan dengan rasa takut akan tidak sempurnanya tujuan kita. Tidak dapat dihindari, kekalahan itu bisa saja kita alami. Namun dalam kekalahan tersebut, kita mendapat pelajaran berharga yang membuat kesuksesan kita pada akhirnya lebih besar. Biasanya, karakter Kristen yang paling sehat terbentuk dari kekalahan sementara. Kekalahan adalah kekuatan yang menghancurkan bila diterima sebagai suatu kegagalan. Namun, ketika kita menerimanya sebagai suatu pelajaran yang kita butuhkan, kekalahan adalah anugerah. Kekalahan adalah ujian terbesar dari Tuhan di mana Ia membakar semua yang tidak berguna dalam hati manusia dan menyucikan semangat spiritual sehingga manusia dapat menanggung ujian yang lebih berat.
  3. Khawatir akan diremehkan.
    Ketika berumur 22 tahun, saya membeli sebuah buku berjudul "Thirty Days to a More Powerful Vocabulary," yang ditulis oleh William Funk dan Norman Lewis. Kemudian saya menyadari bahwa semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin luas dan semakin dalam penetrasi pemikirannya. Tak pelak lagi, saya pun menjadi terlalu sering menggunakan kata-kata baru itu. Seorang yang sudah saya anggap sebagai saudara menyindir, "Untuk dapat memahami khotbah John Haggai, kita harus membawa buku teologi sistematis dan Kamus Lengkap Webster." Menyakitkan sekali! Ketika saya berencana untuk meninggalkan pelajaran kosakata, seorang pendeta berkata, "Jangan merasa malu. Saya mengagumi Anda. Pertamanya mungkin Anda terdengar kaku dalam berbicara, tapi saya mendorong Anda bukan hanya untuk melanjutkan, tapi juga untuk tetap menjaga kedisiplinan itu selama Anda hidup. Itu akan memperluas kapasitas pengetahuan Anda." Ketika menetapkan tujuan, kita bisa mengantisipasi timbulnya pertentangan dan ejekan. Mereka yang melakukan hal itu sebenarnya merasa tertuduh karena seharusnya mereka melakukan hal yang sama. Jadi, berpikirlah positif bahwa ejekan itu adalah pujian yang terselubung.
  4. Khawatir akan dianggap sombong bila menetapkan tujuan.
    Beberapa orang mungkin tidak menetapkan tujuan karena ada ayat yang mengatakan, "Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar" (Mazmur 19:13). Namun, penetapan tujuan sebenarnya sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak menentang kehendak Tuhan bila menetapkan tujuan karena tujuan itu adalah sarana untuk melaksanakan kehendak Tuhan. (t/lanny)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar